This Blog is my space for share idea with a lot of people in internet. My blog contain about my opinion about world especially in Indonesia. Topic will be included are Forestry, Products, Love, Poem, Komputer & Technology, etc...

Thursday, December 30, 2004

DemoKrasi or Demo Crazy...???

Demokrasi adalah sebuah cara lama usaha manusia mengorganisasikan kumpulan manusia. Karena dengan hanya mengorganisasikan manusia maka manusia bisa saling berbagi peran, tugas, tanggungjawab, dan kekuasaan tentunya.

Bangsa Yunani menetapkan demokrasi sebagai cara mereka untuk mengatur hidupnya laju pemerintahan bangsa. Demos dan cratos adalah dua kata yang melandasi demokrasi. Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang semua kekuasaannya diserahkan kepada rakyat. Tapi apakah bisa semuanya diserahkan kepada rakyat ??? Rakyat siapa dan rakyat yang mana ???

Dalam sebuah organisasi kecil maka kita bisa berkata bahwa semuanya bisa diserahkan kepada anggota organisasi (baca : rakyat). Tapi itupun susah karena setiap manusia punya kepala dan setiap kepala punya kehendak. Demokrasi pun mulai menjadi sebuah kebingungan dan mengalami kerancuan. Akhirnya demokrasi pun mengambil kompromi agar tetap mencerminkan kekuasaan rakyat maka dia menjelma ke dalam keterwakilan. Dalam hal ini kekuasaan rakyat diterjemahkan dalam keterwakilan Tapi apakah benar dia selalu menjelma ke dalam keterwakilan ???

Demokrasi pun berjalan melintasi ruang dan waktu. Ia menyebar ke setiap bangsa di dunia. Ia bisa menjelma pula menjadi dua sisi yang berbeda baik sebagai obat tapi bisa pula sebagai racun. Ia pun harus menghadapi lawan tangguh berupa diktator, rezim, dan berbagai bentuk makar lain yang berusaha membunuh demokrasi.

Tapi sebenarnya apakah benar ketika kita melandaskan sesuatu kepada yang terbanyak ??? Apakah benar ketika manusia melandaskan sesuatu kepada manusia lain dengan mengatasnamakan kekuasaan rakyat ??? Walau seringkali pada suatu titik, demokrasi itu adalah virus. Mengapa virus ??? Karena sebenarnya demokrasi kadang menjadi diktator, diktator yang mengatasnamakan sebagai kekuasaan rakyat. Dan dengan sombongnya demokrasi mencoba mengambil peranan Tuhan. “Suara rakyat adalah suara Tuhan.”

Jika saya berkata, “Suara rakyat adalah suara Tuhan.” Dan ternyata setiap orang yang ada di sekeliling saya setuju akan hal ini. Tapi ternyata orang-orang yang ada di sekeliling saya itu adalah sekumpulan orang gila yang hanya bisa berkata, “Setuju!!!”
Lalu apakah anda masih berkata, “Suara rakyat adalah suara Tuhan.”

Jika semua kekuasaan diserahkan pada rakyat dalam wujud suara terbanyak maka kejahatan bisa menjadi kebenaran. Coba bayangkan, jika semua orang mengatakan pelacuran adalah hal yang baik karena bisa mendatangkan banyak uang. Dalam sebuah iklim yang super demokratis maka pendapat ini bisa menjadi sebuah kebenaran. Ingat, suara rakyat adalah suara Tuhan.

Lalu kepada siapa seharusnya kekuasaan diserahkan ???

Kekuasaan seharusnya berada dalam tangan yang terpercaya. Kekuasaan seharusnya berada pada tangan yang tidak memandangnya sebagai kekuasaan tetapi sebagai sebuah titipan. Kekuasaan seharusnya berada pada orang-orang yang mau memberikan pelayanan terbaik kepada para pemberi kekuasaan. Kekuasaan seharusnya berada pada orang-orang yang menjaga kebenaran. Bagaimanakah kita memperoleh orang-orang ini ??? Bagaimanakah mekanisme penyerahannya ???

Pada titik ini maka demokrasi bisa dijadikan mekanisme penyerahan kekuasaan dari rakyat kepada orang-orang yang terpercaya, orang-orang yang mau memberikan pelayanan terbaik, dan orang-orang yang bersedia menjaga kebenaran. Tapi hal ini pun tidak menjamin bahwa dengan demokrasi maka rakyat yang merupakan empunya kekuasaan akan mendapatkan pemimpin yang terpercaya. Karena dalam sebuah dunia realistis, manusia kadang terjebak pada hal-hal yang mereka lihat. “People do what people see.”

Ketika seorang calon pemimpin menampakkan citra yang baik, terpercaya, penuh wibawa, berkarisma, dan segala kebaikan lain maka rakyat yang empunya kekuasaan akan banyak memilih dia. Kita kembali lagi pada titik “People do what people see.”

Pada titik ini maka dalam sebuah iklim super demokratis, kadang rakyat harus menutup mata kala ia berada dalam kondisi harus menyerahkan kekuasaannya kepada seseorang yang ia percaya akan mampu memimpin bangsanya. Mereka diharuskan tidak hanya menggunakan mata tapi juga hati (baca : nurani) dan pikiran yang jernih.

Adanya demokrasi membuat rakyat dituntut lebih cerdas dari para calon pemimpinnya. Mereka harus mampu membaca hal-hal yang tak terlihat oleh mata, sesuatu yang lebih dari sebuah karisma, sesuatu yang lebih dari citra. Mereka harus mampu menyaring segala tipu daya (baca : lips service).

(c) kuhs production

2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Hi people
I do not know what to give for Christmas of the to friends, advise something ....

10:21 PM

 
Anonymous Anonymous said...

Hello. Good day
Who listens to what music?
I Love songs Justin Timberlake and Paris Hilton

6:36 PM

 

Post a Comment

<< Home

 

 © Apa Pendapatku tentang Dunia Site 2005 - Made by Kukuh Prakoso sebagai sebuah dedikasi untuk Dunia tanpa Batas.