This Blog is my space for share idea with a lot of people in internet. My blog contain about my opinion about world especially in Indonesia. Topic will be included are Forestry, Products, Love, Poem, Komputer & Technology, etc...

Monday, January 09, 2006

Manusia Optimis Vs Manusia Pesimis

Bagiku, ada dua manusia. Pertama, manusia optimis. Kedua, manusia pesimis. Terkadang dalam urusan agama, keduanya tampaklah sama. Tapi akhirnya aku menyadari, ternyata keduanya sangatlah berbeda.

Manusia pesimis adalah mereka yang selalu memandang semuanya berdasarkan ketakutan. Mereka beribadah karena takut kepada Alloh. Mereka meminta rizki yang banyak karena takut didera oleh kemiskinan. Ketika bekerja pun, doanya ter-refleksi, mereka takut miskin, hingga akhirnya mengutil harta negara. Padahal di mata Alloh, sedikit banyak tetaplah sama, sama-sama mengutil. Pesimisitas kadang tampak dalam wajah mereka, ketika tahu mereka bekerja tanpa uang pensiun. Mereka menjadi tak yakin dengan rizki Alloh. Usahanya pun mengendor karena ketakutan yang membelenggunya. Bahkan, ketika mereka mendapatkan uang pensiun. Banyak manusia pesimis yang menderita ”post power syndrom”, merasa tak bisa lagi berbuat apa-apa di hari tuanya.

Manusia optimis mempunyai cara pandang yang berbeda. Mereka beribadah karena rasa syukur. Mereka adalah penerus para nabi. Aku jadi teringat ketika Nabi Daud berkata, ”Sungguh Ya Alloh, ketika aku bisa beribadah itu pun atas kehendak-Mu, untuk itulah aku senantiasa bersyukur pada-Mu.” Nabi Muhammad pun tak jauh beda. Mengapa Rasul yang notabene diampuni (ma’sum), tapi beliau tetap saja sholat malam? Karena beliau ingin bersyukur. Doa manusia optimis dalam harta pun berbeda dengan manusia pesimis. Mereka memohon kelimpahan harta yang barokah, agar dapat berbuat kebaikan kepada orang lain, bukan karena takut miskin. Keberkahan ini membuat mereka tak mau mengambil uang negara barang sepeser pun. Bahkan, mereka tak pernah meminta fasilitas negara untuk kepentingan pribadinya.

Aku jadi teringat kembali kisah khalifah Umar bin Abdul Aziz. Suatu malam, beliau sedang mengerjakan tugas kenegaraan. Datanglah sang anak yang ingin mendiskusikan sesuatu kepada ayahnya. Umar pun menanyakan, ”Untuk urusan negara ataukah keluarga pertanyaanmu itu?” Sang anak menjawab, ”Untuk urusan keluarga.” Apa yang terjadi? Umar pun mematikan lampu yang ia gunakan. Sang anak pun bertanya pada ayahnya, mengapa sang ayah mematikan lampu. ”Tahukah engkau anakku, lampu ini dibayarkan dari keringat rakyat. Sedangkan kita saat ini sedang membicarakan urusan keluarga bukan urusan negara, jadi aku mematikan lampu ini.”

Banyak orang mungkin pernah mendengar kisah ini. Tapi tetap saja mereka tak pernah mengambil pelajaran. Tetap saja memandang harta bukan sebagai amanah. Mereka hanya mencari harta dan kekuasaan, tapi melupakan keberkahan di mata Alloh.

Mungkin, uraianku terlalu banyak menggambarkan manusia-manusia optimis. Aku kurang bisa menggambarkan manusia pesimis. Karena pada kenyataannya, aku memang berusaha tuk tak pernah pesimis atas kehendak Alloh. Bahkan, ketika hingga saat ini, manusia pesimis akan berkata padaku, ”Apa sih kamu, hanya penulis yang tak mempunyai penghasilan tetap dan tak berpensiun? Emang kamu bisa hidup di tengah kejamnya dunia ini? Bahkan, kamu ingin hidup tanpa korupsi, wuihh naif sekali kamu kuh?”

Dengan tegas, malam ini aku berdiri menjawab pertanyaan mereka. ”Aku tahu aku akan bisa lebih kaya darimu dengan tulisanku. Kau menantangku tuk tegak berdiri di atas cita-citaku. Aku kan buktikan bahwa noda korupsi takkan mampu kotori hamparan kertas yang akan kutulis. Bagimu aku naif, tapi bagiku kamulah yang naif. Kita memang punya cara pandang yang berbeda akan dunia. Dan kita takkan pernah bertemu dalam satu titik. Aku lebih memilih berjuang daripada harus menyerah pada kemunafikan.”
(dalam sebuah catatan malam, ditemani secangkir kopi hangat)

4 Comments:

Anonymous Anonymous said...

nice writing.....!!! makin tajem ;)
Kalau ada orang terlampau optimis dia bisa masuk sorga karena ibadahnya yang banyak, bisa2 jatuhnya ke ujub or takabur. Kalau terlalu pesimis dia ga bisa masuk sorga jatuhnya bisa2 ke kafir (naudzubillah). Harapan (roja'/optimisme) dan Takut (khouf/pesimisme) sepertinya memang harus ada dalam dada seseorang, biar imbang gituuuh.
Selamat menjadi seorang penulis!!! tetap berkarya terus!!!
Hidup nekat!!! Merdeka!!!

7:20 AM

 
Anonymous Anonymous said...

good

10:15 AM

 
Anonymous Anonymous said...

cerita kaaamu baagus sekaaaali

s
a
l
a
m

kenal

2:18 PM

 
Anonymous Anonymous said...

Salam kenal juga buat myda pertiwi...

To jaya :
Nice writing, hmm?? Aku hanya selalu belajar aja koq

10:32 AM

 

Post a Comment

<< Home

 

 © Apa Pendapatku tentang Dunia Site 2005 - Made by Kukuh Prakoso sebagai sebuah dedikasi untuk Dunia tanpa Batas.